Banyak Negara Iri pada Ekonomi Indonesia
Liputan6.com,
Subang : Masih kuatnya konsumsi rumah
tangga membuat ekonomi Indonesia tumbuh secara konsisten dengan rata-rata
berada di level 5,9% sepanjang 2008-2012. Kondisi ini berbeda dengan China yang
telah mengubah format untuk mendorong pertumbuhan ekonominya ke depan.
Wakil Menteri Keuangan II, Bambang
Brodjonegoro menyatakan, pertumbuhan berbasis konsumsi rumah tangga sangat
penting untuk menopang perekonomian sebuah negara jika tidak ada dukungan dari
faktor eksternal. Laju konsumsi rumah
tangga Indonesia pada kuartal II 2013 menyumbang 55,6% terhadap total
pertumbuhan ekonomi di periode yang sama. Sedangkan pertumbuhan konsumsi rumah
tangga hingga akhir tahun lalu sebesar 54,6%.
"Konsumsi rumah tangga kita
sangat stabil dan cukup kuat menopang pertumbuhan ekonomi, karena tidak ada
daya dorong dari eksternal yakni investasi dan ekspor. Sedangkan ekonomi
Thailand, Singapura, Malaysia tumbuh negatif karena mereka sangat mengandalkan
eksternal," jelas dia di Subang, Jawa Barat, Minggu (24/11/2013).
Bambang menjelaskan, aktivitas
konsumsi domestik menjadi faktor internal dan mendasar untuk mendorong
pertumbuhan. Sementara investasi dan ekspor merupakan cara untuk mempercepat
laju pertumbuhan ekonomi. Sebuah negara, dikatakan Bambang, tidak melulu
mengandalkan faktor eksternal untuk mengerek pertumbuhan ekonomi karena sangat
dipengaruhi oleh kondisi global. Contohnya Singapura dan Thailand yang tidak
memiliki daya dorong internal (konsumsi) sehingga tak mampu menopang
pertumbuhan ekonomi yang positif.
"Investasi, ekspor dan konsumsi
rumah tangga kita di tahun 2011 sangat bagus sehingga kita bisa bertumbuh 6,5%
lalu turun karena faktor eksternal tidak mendukung. Tapi kita masih bisa
bertumbuh karena punya konsumsi rumah tangga sehingga negara lain jealous
dengan ekonomi Indonesia," klaim dia.
Indonesia dianggap mempunyai aset
jumlah penduduk yang besar, bonus demograsi, dan peningkatan pendapatan per
kapita maupun kalangan menengah. Kondisi ini membuat Indonesia masih diincar
banyak negara untuk menanamkan modalnya. Bambang menjelaskan, China telah
mengubah format berbasis konsumsi untuk memaksimalkan potensi pasar karena
memiliki basis penduduk lebih dari satu miliar jiwa.
"China tak lagi berorientasi
investasi gila-gilaan. Mereka justru ingin menciptakan fundamental yang kuat
karena kalau memaksakan investasi terus masuk bisa kepanasan (overheating)
sebab masa-masa mempercepat pertumbuhan ekonomi di China sudah lewat,"
tandas dia.(Fik/Shd)
Tanggapan saya :
Kita harus belajar untuk memperbaiki perekonomian kita ,
karna Negara lain saja iri kepada kita jadi kira harus terus menerus belajar
agar bisa menjadi Negara contoh perekonomian terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar