Pemerintah
serba salah hadapi gejolak ekonomi
Merdeka.com - Kondisi perekonomian
Indonesia saat ini menempatkan pemerintah dalam
posisi yang serba salah. Wakil Menteri Keuangan, Bambang
Brodjonegoro, mengatakan, tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dan
pengentasan kemiskinan, memiliki solusi yang
bertolak belakang.
Menurut Bambang, untuk menyelesaikan persoalan
nilai tukar Rupiah, kebijakan moneter sangat tepat dilakukan. Namun, imbasnya
akan menggerus pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi melambat, akan berimbas
pada pengentasan kemiskinan.
"Naikkan bunga setinggi-tingginya,
pengetatan kredit, itu akan membuat pertumbuhan lambat. Itu Rupiah akan
menguat. Akan tetapi kita itu tidak hidup hanya di pasar keuangan saja.
Indonesia masih punya orang miskin 26 juta orang. Terus kita punya pengangguran
6 persen," tutur Bambang di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta,
Kamis (10/10).
Menurut Bambang, pertumbuhan ekonomi yang
melambat akan berimbas pada meningkatnya angka pengangguran. Kendati demikian,
lanjut Bambang, pemerintah masih terus berupaya untuk menurunkan tingkat
kemiskinan dan pengangguran.
"Korbankan pertumbuhan akibatnya kita susah
kurangi kemiskinan. Apalagi pengangguran itu akan susah lagi. Maka dari itu
kita tetap inginkan pertumbuhan tetap berlanjut," ungkapnya.
Untuk nilai tukar Rupiah, Bambang mengatakan,
pemerintah sedang mempersiapkan langkah-langkah menghadapi
keseimbangan baru dari nilai tukar Rupiah yang saat ini sedang dalam
volatilitas yang sangat tinggi.
"Kita harus siap menghadapi keseimbangan
baru. Kita tidak harus siapkan forecast untuk mata uang. Tapi kita siapkan
untuk keseimbangan baru," tutup Bambang.
http://www.merdeka.com/uang/pemerintah-serba-salah-hadapi-gejolak-ekonomi.html
Tanggapan
:
Menurut
saya, pemerintah sebaiknya bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
yang membutuhkan , dengan itu pemerintah bisa mengurangi angka pengangguran
yang bisa merugikan Negara apabila banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan
untuk menghidupi kebutuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar