Ekonomi tak
stabil, harga hewan kurban naik
Merdeka.com - Datangnya hari
Idul Adha biasanya menjadi momen bagi para pedagang hewan kurban untuk meraup
rezeki. Sebagian orang rela beralih profesi sementara dengan berdagang kambing dan sapi lantaran tergiur tingginya permintaan
hewan kurban yang cenderung tinggi menjelang Idul Adha.
Tahun-tahun sebelumnya,
pedagang hewan kurban bisa memprediksi keuntungan yang akan diperoleh. Tetapi,
hal itu tidak terjadi pada tahun. Sebaliknya, sebagian besar pedagang hewan
kurban mengaku merugi tahun ini.
Kondisi ekonomi nasional
yang tidak stabil beberapa bulan terakhir, membuat mereka untuk tak lagi meraup
keuntungan. Minimal bisa balik modal, seperti kata Atim Supriyanto, (59), warga
RT 05 RW 01 Cikini Kramat Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta
Pusat yang berdagang di dekat stasiun Cikini. Dia mengaku sudah menjalankan
profesi musiman ini sejak 2009. Tapi untuk tahun ini, pendapatannya benar-benar
jatuh dibanding tahun sebelumnya.
"Paling hancur-hancuran tahun ini. Dari segi
harga, sudah tinggi sejak dari petani,"
ujar Atim saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (14/10).
Atim mengatakan, peternak
sangat memahami kondisi di pasar. Imbas dari tidak stabilnya ekonomi, peternak
menaikkan harga agar bisa meraup untung.
"Kenaikannya mencapai Rp 400.000 sampai Rp
500.000 per ekor dibanding tahun kemarin. Itu untuk kambing. Kalau sapi,
kenaikannya mencapai Rp 4.000.000 hingga Rp 5.000.000 per ekor," kata dia.
Sementara itu, harga jual
kambing dan sapi sendiri mengalami kenaikan cukup signifikan. "Sekarang
harga kambing minimal Rp 2.500.000, tahun kemarin saya jual sekitar Rp
2.000.000 sampai Rp 2.100.000," terang dia.
"Kalau sapi normalnya Rp 15.000.000, tahun
kemarin antara Rp 11.000.000 sampai Rp 12.000.000. Itu pun tergantung
ukurannya, kalau besar jelas lebih mahal," terang Atim.
Lebih lanjut, Atim
memahami kenaikan ini membuat pembeli tidak dapat beradaptasi. Kenaikan harga
terjadi dalam waktu yang singkat yang salah satunya karena pengaruh kenaikan
harga BBM.
"Banyak pembeli mengeluh, dia beli tahun
kemarin harganya beda jauh sama tahun sekarang. Sudah saya beri penjelasan
kondisinya seperti sekarang," ungkap Atim.
Dia pun harus menerima
kenyataan hewan kurban dagangannya tidak laku dibeli masyarakat. Padahal, sudah
10 hari dia berdagang. Alhasil, dia harus menanggung sejumlah biaya untuk
perawatan, transportasi, serta tenaga.
"Kambing dan sapi saya datangkan dari
Tasikmalaya. Kambing ambil 85 ekor, sapi ambil 11 ekor. Belum ada separuh yang
laku. Kerugian saya sudah kelihatan, sampai Rp 100.000.000 lebih,"
ucapnya.
http://www.merdeka.com/uang/ekonomi-tak-stabil-harga-hewan-kurban-naik.html
Tanggapan :
Menurut saya , pemerintah
harus bisa menstabilkan perekonomian di Negara kita, karna dari masalah
kenaikan BBM malah berdampak kemasalah-masalah lainnya. Terutama bahan-bahan
pangan dan segala kebutuhan harganya pun ikut naik. Ini sangat merugikan
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar