Rabu, 30 Oktober 2013

Tulisan 3



Ekonomi tak stabil, harga hewan kurban naik
Merdeka.com - Datangnya hari Idul Adha biasanya menjadi momen bagi para pedagang hewan kurban untuk meraup rezeki. Sebagian orang rela beralih profesi sementara dengan berdagang kambing dan sapi lantaran tergiur tingginya permintaan hewan kurban yang cenderung tinggi menjelang Idul Adha.
Tahun-tahun sebelumnya, pedagang hewan kurban bisa memprediksi keuntungan yang akan diperoleh. Tetapi, hal itu tidak terjadi pada tahun. Sebaliknya, sebagian besar pedagang hewan kurban mengaku merugi tahun ini.
Kondisi ekonomi nasional yang tidak stabil beberapa bulan terakhir, membuat mereka untuk tak lagi meraup keuntungan. Minimal bisa balik modal, seperti kata Atim Supriyanto, (59), warga RT 05 RW 01 Cikini Kramat Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat yang berdagang di dekat stasiun Cikini. Dia mengaku sudah menjalankan profesi musiman ini sejak 2009. Tapi untuk tahun ini, pendapatannya benar-benar jatuh dibanding tahun sebelumnya.
"Paling hancur-hancuran tahun ini. Dari segi harga, sudah tinggi sejak dari petani," ujar Atim saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (14/10).
Atim mengatakan, peternak sangat memahami kondisi di pasar. Imbas dari tidak stabilnya ekonomi, peternak menaikkan harga agar bisa meraup untung.
"Kenaikannya mencapai Rp 400.000 sampai Rp 500.000 per ekor dibanding tahun kemarin. Itu untuk kambing. Kalau sapi, kenaikannya mencapai Rp 4.000.000 hingga Rp 5.000.000 per ekor," kata dia.
Sementara itu, harga jual kambing dan sapi sendiri mengalami kenaikan cukup signifikan. "Sekarang harga kambing minimal Rp 2.500.000, tahun kemarin saya jual sekitar Rp 2.000.000 sampai Rp 2.100.000," terang dia.
"Kalau sapi normalnya Rp 15.000.000, tahun kemarin antara Rp 11.000.000 sampai Rp 12.000.000. Itu pun tergantung ukurannya, kalau besar jelas lebih mahal," terang Atim.
Lebih lanjut, Atim memahami kenaikan ini membuat pembeli tidak dapat beradaptasi. Kenaikan harga terjadi dalam waktu yang singkat yang salah satunya karena pengaruh kenaikan harga BBM.
"Banyak pembeli mengeluh, dia beli tahun kemarin harganya beda jauh sama tahun sekarang. Sudah saya beri penjelasan kondisinya seperti sekarang," ungkap Atim.
Dia pun harus menerima kenyataan hewan kurban dagangannya tidak laku dibeli masyarakat. Padahal, sudah 10 hari dia berdagang. Alhasil, dia harus menanggung sejumlah biaya untuk perawatan, transportasi, serta tenaga.
"Kambing dan sapi saya datangkan dari Tasikmalaya. Kambing ambil 85 ekor, sapi ambil 11 ekor. Belum ada separuh yang laku. Kerugian saya sudah kelihatan, sampai Rp 100.000.000 lebih," ucapnya.
http://www.merdeka.com/uang/ekonomi-tak-stabil-harga-hewan-kurban-naik.html

Tanggapan :
Menurut saya , pemerintah harus bisa menstabilkan perekonomian di Negara kita, karna dari masalah kenaikan BBM malah berdampak kemasalah-masalah lainnya. Terutama bahan-bahan pangan dan segala kebutuhan harganya pun ikut naik. Ini sangat merugikan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar