PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN,
SITUASI AUDIT, ETIKA DAN GENDER TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR
MELALUI SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR
PENDAHULUAN
Peran auditor dalam memberikan opini
atas laporan keuangan sangatlah penting. Dalam memberikan opini terhadap
kewajaran sebuah laporan keuangan, seorang auditor harus memiliki sikap skeptis
untuk bisa memutuskan atau menentukan sejauhmana tingkat keakuratan dan
kebenaran atas bukti-bukti maupun informasi dari klien. Standar profesional akuntan
publik mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai sikap auditor yang
mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara
kritis terhadap bukti audit (IAI, 2001). Standar auditing tersebut mensyaratkan
agar auditor memiliki sikap skeptisisme profesional dalam mengevaluasi dan
mengumpulkan bukti audit terutama yang terkait dengan penugasan mendeteksi
kecurangan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya seringkali auditor tidak
memiliki skeptisisme profesional dalam melakukan proses audit.
Penelitian Beasley (2001) dalam
Herusetya (2007) yang didasarkan pada AAERs (Accounting and Auditing Releases),
selama 11 periode (Januari 1987–Desember 1997) menyatakan bahwa salah satu
penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi laporankeuangan adalah rendahnya
tingkat skeptisisme profesional audit. Penelitian tersebut menemukan45 kasus
kecurangan dalam laporan keuangan, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena
auditor tidak menerapkan tingkat skeptisisme profesional yang memadai. Hal ini membuktikan
bahwa skeptisisme profesional harus dimiliki dan diterapkan oleh auditor sebagai
profesi yang bertanggung jawab atas opini yang diberikan pada laporan keuangan.
Seorang auditor yang memiliki
skeptisisme profesional tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien,
tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi
mengenai obyek yang dipermasalahkan. Sikap skeptisisme profesional akan membawa
auditor pada tindakan untuk memilih prosedur audit yang efektif sehingga diperoleh
opini audit yang tepat (Noviyanti, 2008). Skeptisisme profesional auditor dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya keahlian, pengalaman, situasi
audit yang dihadapi, dan etika (Gusti dan Ali, 2008). Keahlian dan pengalaman
merupakan suatu komponen penting bagi auditor dalam melakukan prosedur audit
karena keahlian seorang auditor juga cenderung mempengaruhi tingkat skeptisisme
profesional auditor. Menurut Arnan et.al., 2009) auditor harus telah menjalani
pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik
auditing sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan tepat.
Pengalaman audit ditunjukkan dengan jumlah
penugasan audit yang pernah dilakukan. Pengalaman seorang auditor menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor
yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi Sistem informasi, etika dan auditing adanya
kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan. Auditor berpengalaman lebih
skeptis dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman (Ansah, 2002).
Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan
laporan keuangan. Semakin tinggi pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka
semakin tinggi pula skeptisisme profesional auditornya (Gusti dan Ali, 2008). Dalam
melaksanakan tugasnya auditor seringkali dihadapkan dengan berbagai macam
situasi. Menurut Shaub dan Lawrence (1996) contoh situasi audit seperti related
party transaction, hubungan pertemanan yang dekat antara auditor dengan klien,
klien yang diaudit adalah orang yang memiliki kekuasaan kuat di suatu
perusahaan akan mempengaruhi skeptisisme profesional auditor dalam memberikan
opini yang tepat. Auditor sebagai profesi yang dituntut atas opini atas
laporan keuangan perlu menjaga sikap profesionalnya. Untuk menjaga
profesionalisme auditor perlu disusun etika profesional. Etika profesional dibutuhkan
oleh auditor untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit. Pengembangan
kesadaran etis memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan, termasuk
dalam melatih sikap skeptisisme profesional auditor (Louwers,1997). Menurut Budiman
(2001) sebagai auditor profesional, harus memiliki moral yang baik, jujur, obyektif,
dan transparan. Hal ini membuktikan bahwa etika menjadi faktor penting bagi
auditor dalam melaksanakan proses audit yang hasilnya adalah opini atas laporan
keuangan.
Faktor lain yang mempengaruhi
skeptisisme profesional auditor adalah gender. Gender diartikan sebagai
perbedaan yang tampak antara pria dan wanita dilihat dari segi nilai dan
tingkah laku (Webster’s New World Dictionary, 2008). Menurut Zulaikha (2006)
sejak tahun 1975, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) telah menetapkan suatu
dekade wanita yakni dasa warsa wanita (1975-1985). Sejak saat itu dunia mulai
menyoroti peranan wanita, baik bagi dunia maju maupun dunia berkembang. Seiring
dengan berkembangnya waktu, sekarang ini profesi auditor tidak hanya digeluti
oleh pria dan banyak wanita yang kini menjadi auditor.
TUJUAN
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
(1)
menguji dan memberikan bukti mengenai pengaruh pengalaman, keahlian, situasi
audit, etika dan Gender terhadap ketepatan pemberian opini auditor.
(2)
menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh pengalaman,
keahlian,
situasi audit, etika dan gender terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui
skeptisisme profesional auditor.
METODE PENELITIAN
1. Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional
Variabel Independen adalah variabel
yang mempengaruhi variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen
berjumlah lima, dengan rincian sebagai berikut:
Faktor Pengalaman
Pengalaman dalam penelitian ini adalah
sejauh mana jam terbang akuntan publik dalam melaksanakan tugasnya yang diduga
akan berpengaruh positif terhadap pemberian opininya atas laporan keuangan
melalui skeptisisme profesional auditor.
Faktor
Keahlian
Indikator pengukuran keahlian pada
penelitian ini tingkat pendidikan yang dimiliki oleh auditor dan jawaban
auditor atas pertanyaan pada kuesioner mengenai keahlian audit. Semakin tinggi
keahliannya maka semakin tepat pemberian opini atas laporan keuangan.
Faktor
Situasi Audit
Faktor situasi pada penelitian ini
akan mempengaruhi sikap dan perilaku yang nantinya akan dilakukan oleh auditor
dalam mengolah informasi sampai menghasilkan opini atas laporan keuangan.
Faktor Etika
Dalam memberikan opini atas laporan
keuangan, auditor perlu memiliki sikap skeptis. Salah satu indikator
skeptisisme profesional adalah etika. Semakin tinggi etika yang dimiliki oleh
akuntan publik, semakin tinggi pula skeptisisme profesionalnya, sehingga opini
yang diberikan akan semakin tepat.
Faktor Gender
Fenomena
tenaga kerja wanita yang sebanding dengan pria pada saat ini, menjadi salah satu
dasar mengapa variabel genderakan mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh
akuntan publik.
2.
Variabel Intervening
Skeptisisme
profesional auditor adalah sikap yang harus dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan
tugasnya sebgai akuntan publik yang dipercaya oleh publik dengan selalu mempertanyakan
dan tidak mudah percaya atas bukti-
bukti
audit agar pemberian opini auditor tepat.
3.
Variabel Dependen
Pemberian
opini auditor adalah hal yang sangat penting, karena hasil ahir dari proses audit
adalah laporan audit.
4.
Populasi dan Sampel
Populasi
dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publikdi
Jakarta.Sampel pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik “Big Four” di Jakarta.
5. Pengumpulan Data
Penyebaran
dan pengumpulan kuesioner dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan cara
mengantar kuesioner langsung ke KAP “Big Four” di Jakarta yang menjadi objek
dalam penelitian ini.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengaruh pengalaman terhadap
ketepatan pemberian opini auditor
Variabel
pengalaman berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel ketepatan pemberian
opini auditor secara langsung. Hal ini dapat dilihat dari
nilai
t statistik yang lebih rendah 1,960. Dengan demikian H1a dalam penelitian ini ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengalaman tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara langsung terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Alasan
penolakan hipotesis ini diduga bahwa
data
responden berdasarkan pengalaman audit dalam penelitian ini hasilnya sangat
bervariasi dan rata-rata auditor junior. Hal ini didukung oleh penelitian Puspa
(2006) yang menyatakan bahwa pertanyaan pada kuesioner dengan ilustrasi-ilustrasi
yang berbeda melatarbelakangi judgment dan persepsi masing-masing responden
yang bervariasi walaupun pengalaman (lama kerja dan banyaknya penugasan) yang
hampir sama ternyata memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dan sangat
bervariasi. Hal yang sama dinyatakan Ariesanti (2001) bahwa pengalaman tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit sehingga tidak berpengaruh pada opini yang
diberikan.
Pengaruh keahlian terhadap ketepatan pemberian opini auditor
Variabel
keahlian berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel ketepatan pemberian
opini auditor secara langsung. Hal ini dapat dilihat dari nilai t statistik
yang lebih rendah 1,960. Dengan demikian H1c dalam penelitian ini ditolak. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel pengalaman tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara langsung terhadap ketepatan pemberian opini auditor.
Pengaruh situasi audit terhadap
ketepatan pemberian opini auditor
Variabel
situasi audit berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap ketepatan pemberian
opini auditor secara langsung. Hal ini dapat dilihat
dari
nilai t statistik yang lebih rendah dari 1,960. Dengan demikian H1c pada
penelitian ini ditolak. Alasan penolakan hipotesis ini diduga karena tidak
menyertakan variabel skeptisisme profesional auditor sebagai variabel
intervening antara variabel situasi audit terhadap variabel ketepatan pemberian
opini auditor.
Pengaruh
etika terhadap ketepatan pemberian opini auditor
Variabel
etika berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel ketepatan pemberian
opini auditor secara langsung. Hal ini dapat dilihat
dari
nilai t statistik yang lebih rendah 1,960. Dengan demikian H1d dalam penelitian
ini ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel etika tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan secara langsung terhadap
ketepatan
pemberian opini auditor.
Pengaruh genderterhadap ketepatan
pemberian opini auditor
Variabel gender berpengaruh positif
signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor secara langsung sehingga
H1e pada penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan cara
berpikir dan penilaian antara wanita dan pria akan berpengaruh juga pada prosedur-prosedur
audit yang dijalani sampai memberikan opini atas laporan keuangan yang
diauditnya.
Pengaruh pengalaman terhadap ketepatan pemberian opini auditor
melalui skeptisisme profesional auditor
Pengaruh
pengalaman terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui
skeptisisme
profesional auditor ditolak. Berdasarkan statistika deskriptif menunjukkan
hasil bahwa auditor yang menjadi responden
belum
pengalaman .
Pengaruh keahlian terhadap ketepatan
pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor
Pengaruh
keahlian terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional
auditor ditolak. Hal ini disebabkan
keahlian
auditor pada penelitian ini tidak tergolong tinggi, dilihat dari jawaban
responden atas tiga ilustrasi dan data masing-masing responden mengenai
pendidikan formal dan tingkat sertifikasi yang dimiliki auditor
tersebut.
Pengaruh etika terhadap ketepatan
pemberian opini auditor oleh akuntan publik melalui skeptisisme profesional
auditor
Pengaruh
etika terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional
auditor sebagai variabel intervening menunjukkan hubungan positif yang tidak signifikan,
Alasan penolakan hipotesis ini diduga karena penyebaran kuesioner pada responden
tidak dikriteriakan.
Pengaruh gender terhadap ketepatan
pemberian opini auditor oleh akuntan publik melalui skeptisisme profesional
auditor
Pengujian
pengaruh gender dengan ketepatan pemberian opini melalui skeptisisme profesional
auditor ditolak. Alasan penolakan hipotesis ini diduga karena pengembangan
kerangka teoritis Keputusan dalam hal ini akan berpengaruh terhadap opini yang
akan diberikan.
KESIMPULAN
Penelitian
ini memberikan bukti bahwa gender berpengaruh secara langsung terhadap ketepatan pemberian opini auditor, dan situasi
audit berpengaruh positif dengan ketepatan pemberian opini auditor melalui
skeptisisme profesional auditor. Sedangkan faktor lainnya pengalaman, keahlian,
situasi dan etika tidak berpengaruh langsung terhadap ketepatan pemberian
opini. Faktor pengalaman, etika, keahlian, gender tidak berpengaruh terhadap
ketepatan
pemberian opini melalui skeptisisme sebagai variabel intervening.
Sumber :